Bahaya Rokok dan Narkoba
Narkotika dan obat terlarang serta
zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi
pemakainya. Danmpak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk
efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
Meskipun demikian terkadang beberapa
jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi
pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebas oleh
masyarakat. Oleh karena itu obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam.
A. Dampak Tidak
Langsung Narkoba Yang Disalahgunakan
1. Akan banyak uang yang dibutuhkan
untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak
digerogoti zat beracun.
2. Dikucilkan dalam masyarakat dan
pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan
bersikap anti sosial.
3. Keluarga akan malu besar karena
punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
4. Kesempatan belajar hilang dan
mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop
out.
5. Tidak dipercaya lagi oleh orang
lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak
kriminal.
6. Dosa akan terus bertambah karena
lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran
agamanya.
7. Bisa dijebloskan ke dalam tembok
derita / penjara yang sangat menyiksa lahir batin.
Biasanya setelah seorang pecandu
sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya maka ia baru akan menyesali semua
perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu serta kesempatan yang hilang tanpa
disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika berada di penjara. Segala caci-maki
dan kutukan akan dilontarkan kepada benda haram tersebut, namun semua telah
terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-apa.
B. Dampak Langsung
Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
1. Gangguan pada jantung
2. Gangguan pada hemoprosik
3. Gangguan pada traktur urinarius
4. Gangguan pada otak
5. Gangguan pada tulang
6. Gangguan pada pembuluh darah
7. Gangguan pada endorin
8. Gangguan pada kulit
9. Gangguan pada sistem syaraf
10. Gangguan pada paru-paru
11. Gangguan pada sistem pencernaan
12. Dapat terinfeksi penyakit
menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dll.
13. Dan banyak dampak lainnya yang
merugikan badan manusia.
C. Dampak Langsung Narkoba Bagi
Kejiwaan / Mental Manusia
1. Menyebabkan depresi mental.
2. Menyebabkan gangguan jiwa berat /
psikotik.
3. Menyebabkan bunuh diri
4. Menyebabkan melakukan tindak kejehatan,
kekerasan dan pengrusakan.
Efek depresi bisa ditimbulkan akibat
kecaman keluarga, teman dan masyarakat atau kegagalan dalam mencoba berhenti
memakai narkoba. Namun orang normal yang depresi dapat menjadi pemakai narkoba
karena mereka berpikir bahwa narkoba dapat mengatasi dan melupakan masalah
dirinya, akan tetapi semua itu tidak benar.
Upaya pencegahan terhadap penyebaran
narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya menjadi tanggung jawab kita
bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat
harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak
kita.
Adapun upaya-upaya yang lebih
kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan pihak yang
berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau mungkin
mengadakan razia mendadak secara rutin.
Kemudian pendampingan dari orang tua
siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang.
Pihak sekolah harus melakukan
pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena biasanya
penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah,
pendidikan moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa.
Karena salah satu penyebab
terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya
pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela
seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita
selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan
bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan
berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari
bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang
cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik
DAMPAK FISIK
Adaptasi biologis tubuh kita
terhadap penggunaan narkoba untuk jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup
ekstensif, terutama dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers.
Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ
tubuh kita menjadi tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal.
Salah satu contoh adaptasi biologis
dapat dilihat dengan alkohol. Alkohol mengganggu pelepasan dari beberapa
transmisi syaraf di otak. Alkohol juga meningkatkan cytocell dan mitokondria
yang ada di dalam liver untuk menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh
ini menjadi tergantung pada alcohol untuk menjaga keseimbangan baru ini.
Tetapi, bila penggunaan narkoba
dihentikan, ini akan mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh.
Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzym dan kurangnya transmisi syaraf
tertentu. Tiba-tiba saja, tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan
didalamnya. Biasanya, hal-hal yang ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat
menggunakan narkoba, akan dilakukan secara berlebihan pada masa Gejala Putus
Obat (GPO) ini.
Misalnya, bayangkan efek-efek yang
menyenangkan dari suatu narkoba dengan cepat berubah menjadi GPO yang sangat
tidak mengenakkan saat seorang pengguna berhenti menggunakan narkoba seperti
heroin/putaw. Contoh: Saat menggunakan seseorang akan mengalami konstipasi,
tetapi GPO yang dialaminya adalah diare, dll.
GPO ini juga merupakan ‘momok’
tersendiri bagi para pengguna narkoba. Bagi para pecandu, terutama, ketakutan
terhadap sakit yang akan dirasakan saat mengalami GPO merupakan salah satu
alasan mengapa mereka sulit untuk berhenti menggunakan narkoba, terutama jenis
putaw/heroin. Mereka tidak mau meraskan pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur
tubuh dan persendian, kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan
selalu muncul bila pasokan narkoba kedalam tubuh dihentikan.
Selain ketergantungan sel-sel tubuh,
organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal,dan
otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak
sekali pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor,
paru-paru yang bolong, gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi
kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus {Hepatitis C dan HIV/AIDS}
yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna jarum suntik.
Dampak positif narkotika bagi
kehidupan manusia
Walaupun begitu, setiap kehidupan
memiliki dua sisi mata uang. Di balik dampak negatif, narkotika juga memberikan
dampak yang positif. Jika digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk
menyelamatkan jiwa manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan
manfaat bagi kehidupan manusia. Berikut dampak positif narkotika:
1. Opioid
Opioid atau opium digunakan selama
berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan diare.
2. Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca
biasanya dikunyah-kunyah untuk mendapatkan efek stimulan, seperti untuk
meningkatkan daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah.
3. Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan
tanaman ganja untuk bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya
sangat kuat. Biji ganja juga digunakan sebagai bahan pembuat minyak.
DAMPAK MENTAL
Selain ketergantungan fisik, terjadi
juga ketergantungan mental. Ketergantungan mental ini lebih susah untuk
dipulihkan daripada ketergantungan fisik. Ketergantungan yang dialami secara
fisik akan lewat setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul
ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal dengan istilah ‘sugesti’.
Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini
adalah anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan merupakan istilah lain untuk
Gejala Putus Obat, sedangkan sugesti adalah ketergantungan mental, berupa
munculnya keinginan untuk kembali menggunakan narkoba. Sugesti ini tidak akan
hilang saat tubuh sudah kembali berfungsi secara normal.
Sugesti ini bisa digambarkan sebagai
suara-suara yang menggema di dalam kepala seorang pecandu yang menyuruhnya
untuk menggunakan narkoba. Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya 'perang'
dalam diri seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat
ingin menggunakan narkoba, sementara ada bagian lain dalam dirinya yang
mencegahnya. Peperangan ini sangat melelahkan... Bayangkan saja bila Anda harus
berperang melawan diri Anda sendiri, dan Anda sama sekali tidak bisa sembunyi
dari suara-suara itu karena tidak ada tempat dimana Anda bisa sembunyi dari
diri Anda sendiri dan tak jarang bagian dirinya yang ingin menggunakan
narkoba-lah yang menang dalam peperangan ini. Suara-suara ini seringkali begitu
kencang sehingga ia tidak lagi menggunakan akal sehat karena pikirannya sudah
terobsesi dengan narkoba dan nikmatnya efek dari menggunakan narkoba. Sugesti
inilah yang seringkali menyebabkan pecandu relapse. Sugesti ini tidak bisa
hilang dan tidak bisa disembuhkan, karena inilah yang membedakan seorang
pecandu dengan orang-orang yang bukan pecandu. Orang-orang yang bukan pecandu
dapat menghentikan penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti, tetapi para
pecandu akan tetap memiliki sugesti bahkan saat hidupnya sudah bisa dibilang
normal kembali. Sugesti memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kita dapat
merubah cara kita bereaksi atau merespon terhadap sugesti itu.
Dampak mental yang lain adalah
pikiran dan perilaku obsesif kompulsif, serta tindakan impulsive. Pikiran
seorang pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba
adalah satu-satunya hal yang ada didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua
daya pikirannya untuk memikirkan cara yang tercepat untuk mendapatkan uang
untuk membeli narkoba. Tetapi ia tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan
yang dilakukannya, seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena
perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah dipikirkan terlebih dahulu.
Ia juga selalu berpikir dan
berperilaku kompulsif, dalam artian ia selalu mengulangi kesalahan-kesalahan
yang sama. Misalnya, seorang pecandu yang sudah keluar dari sebuah tempat
pemulihan sudah mengetahui bahwa ia tidak bisa mengendalikan penggunaan
narkobanya, tetapi saat sugestinya muncul, ia akan berpikir bahwa mungkin
sekarang ia sudah bisa mengendalikan penggunaannya, dan akhirnya kembali
menggunakan narkoba hanya untuk menemukan bahwa ia memang tidak bisa
mengendalikan penggunaannya! Bisa dikatakan bahwa dampak mental dari narkoba
adalah mematikan akal sehat para penggunanya, terutama yang sudah dalam tahap
kecanduan. Ini semua membuktikan bahwa penyakit adiksi adalah penyakit yang
licik, dan sangat berbahaya.
DAMPAK EMOSIONAL
Narkoba adalah zat-zat yang mengubah
mood seseorang (mood altering substance). Saat menggunakan narkoba, mood,
perasaan, serta emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang
diciptakan oleh narkoba adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan
ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis narkoba tertentu,
terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers
seperti Shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif yang berlebihan dari si
pengguna, dan seringkali mengakibatkannya melakukan perilaku atau tindakan
kekerasan. Terutama bila orang tersebut pada dasarnya memang orang yang
emosional dan bertemperamen panas.
Ini mengakibatkan tingginya domestic
violence dan perilaku abusive dalam keluarga seorang alkoholik atau pengguna
Shabu-shabu. Karena pikiran yang terobsesi oleh narkoba dan penggunaan narkoba,
maka ia tidak akan takut untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap
orang-orang yang mencoba menghalaginya untuk menggunakan narkoba. Emosi seorang
pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja. Satu saat tampaknya
ia baik-baik saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba semenit kemudian ia bisa
berubah menjadi orang yang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang,
dan bahkan memukuli siapapun yang ada di dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi
di keluarga seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu. Mereka tidak
segan-segan memukul istri atau anak-anak bahkan orangtua mereka sendiri. Karena
melakukan semua tindakan kekerasan itu di bawah pengaruh narkoba, maka
terkadang ia tidak ingat apa yang telah dilakukannya.
Saat seseorang menjadi pecandu, ada
suatu kepribadian baru yang muncul dalam dirinya, yaitu kepribadian pecandu
atau kepribadian si junkie. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap
orang lain, satu-satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia
tetap bisa terus menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan
emosional yang tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang
tadinya selalu bersikap manis, sopan, riang, dan jujur berubah total mejadi
seorang pecandu yang brengsek, pemurung, penyendiri, dan jago berbohong dan
mencuri.
Adiksi terhadap narkoba membuat
seseorang kehilangan kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu acapkali
bertindak secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun yang muncul dalam
dirinya. Dan perubahan yang muncul ini bukan perubahan ringan, karena pecandu
adalah orang-orang yang memiliki perasaan dan emosi yang sangat mendalam. Para
pecandu seringkali diselimuti oleh perasaan bersalah, perasaan tidak berguna,
dan depresi mendalam yang seringkali membuatnya berpikir untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
Perasaan-perasaan ini pulalah yang
membuatnya ingin terus menggunakan, karena salah satu efek narkoba adalah
mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah pengaruh narkoba, ia dapat merasa
senang dan nyaman, tanpa harus merasakan perasaan-perasaan yang tidak
mengenakkan. Tetapi… perasaan-perasaan ini tidak hilang begitu saja, melainkan
‘terkubur hidup-hidup’ di dalam diri kita. Dan saat si pecandu berhenti
menggunakan narkoba, perasaan-perasaan yang selama ini ‘mati’ atau ‘terkubur’
dalam dirinya kembali bangkit, dan di saat-saat seperti inilah pecandu
membutuhkan suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi dan mengatasi
perasaan-perasaan sulit itu.
Satu hal juga yang perlu diketahui
adalah bahwa salah satu dampak buruk narkoba adalah mengakibatkan pecandu
memiliki suatu retardasi mental dan emosional. Contoh seorang pecandu berusia
16 tahun saat ia pertama kali menggunakan narkoba, dan saat ia berusia 26 tahun
ia berhenti menggunakan narkoba. Memang secara fisik ia berusia 26 tahun,
tetapi sebenarnya usia mental dan emosionalnya adalah 16 tahun. Ada 10 tahun
yang ‘hilang’ saat ia menggunakan narkoba. Ini juga sebabnya mengapa ia tidak
memiliki pola pikir dan kestabilan emosi seperti layaknya orang-orang lain
seusianya.
DAMPAK SPIRITUAL
Adiksi terhadap narkoba membuat seorang
pecandu menjadikan narkoba sebagai prioritas utama didalam kehidupannya.
Narkoba adalah pusat kehidupannya, dan semua hal/aspek lain dalam hidupnya
berputar di sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba,
dan ia menaruh kepentingannya untuk menggunakan narkoba di atas segala-galanya.
Narkoba menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak,
orangtua, sekolah, pekerjaan, dll.
Ia berhenti melakukan
aktivitas-aktivitas yang biasa ia lakukan sebelum ia tenggelam dalam penggunaan
narkobanya. Ia tidak lagi melakukan hobi-hobinya, menjalani aktivitas normal
seperti sekolah, kuliah, atau bekerja seperti biasa, bila sebelumnya ia
termasuk rajin beribadah bisa dipastikan ia akan menjauhi kegiatan yang satu
ini, apalagi dengan khotbah agama yang selalu didengar bahwa orang-orang yang
menggunakan narkoba adalah orang-orang yang berdosa.
Ini menyebabkan pecandu seringkali
hidup tersolir, ia hidup dalam dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari
dunia luar, yaitu dunia yang tidak ada hubungannya dengan narkoba. Ia menjauhi
keluarga dan teman-teman lamanya, dan mencari teman-teman baru yang dianggap
sama dengannya, yang dianggap dapat memahaminya dan tidak akan mengkuliahinya
tentang penggunaan narkobanya.
Narkoba dianggap sebagai sahabat
yang selalu setia menemaninya. Orangtua bisa memarahinya, teman-teman mungkin
menjauhinya, pacar mungkin memutuskannya, bahkan Tuhan mungkin dianggap tidak
ada, tetapi narkoba selalu setia dan selalu dapat memberikan efek yang
diinginkannya.
Secara spiritual, Narkoba adalah
pusat hidupnya, dan bisa dikatakan menggantikan posisi Tuhan. Adiksi terhadap
narkoba membuat penggunaan narkoba menjadi jauh lebih penting daripada
keselamatan dirinya sendiri. Ia tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit
bila sharing needle, tertangkap polisi, dll.
Adiksi adalah penyakit yang
mempengaruhi semua aspek hidup seorang manusia, dan karenanya harus disadari
bahwa pemulihan bagi seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja, tetapi
juga harus mencakup ketiga aspek lainnya sebelum pemulihan itu dapat dianggap
sebagai suatu pemulihan yang sebenarnya.
Merokok
Merokok bukanlah sesuatu yang menguntungkan, karena didalam rokok lebih banyak zat yang tidak baik bagi tubuh, karena Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa 26 Maret 2002 : 19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. (Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002 : 22). Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin.
Efek dari rokok/tembakau memberi stomulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, Ilmu kedokteran jiwa, Psikiatri, 1979 : 33)
Maka mulai dari sekarang anda harus berpikir dulu sebelum melakukannya, lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Tidak tanggung tanggung setiap
tahunnya ada 17 ribu orang yang mati sia sia karna mengkonsumsi narkoba, lebih
parahnya lagi kebanyakan yang menjadi korban adalah kaum pelajar mulai dari
siswa SMP hingga mahasiswa, bahkan para pengedar narkoba tak tanggung tanggung
anak SD pun menjadi sasaran dagangannya.
Sungguh ironi memang apa yang sedang dihadapi bangsa Ini, selain kerugian material yang sangat besar, korban yang berjatuhan belasan ribu orang, yang kebanyakan kaum pelajar, yang nantinya akan menjadi calon penerus bangsa, moral bangsa Indonesia di anggap rendah di mata dunia.
Maka mulai dari sekarang kita harus memikirkan apa cara penanggulangan nya, karena hingga saat ini angka kematian karna penyalahgunaan narkoba, bukannya berkurang tapi bertambah setiap tahunnya, oleh karena itu perang orang tua tua begitu penting untuk meminimalisir penggunaan narkoba, selain orang tua, mereka juga harus mendapat arahan dari guru, tokoh agama, untuk memberikan himbauan kepada seluruh lapisan masyarakat, agar tidak terlibat narkoba,yang dapat merusak masa depan anak bangsa.
Sungguh ironi memang apa yang sedang dihadapi bangsa Ini, selain kerugian material yang sangat besar, korban yang berjatuhan belasan ribu orang, yang kebanyakan kaum pelajar, yang nantinya akan menjadi calon penerus bangsa, moral bangsa Indonesia di anggap rendah di mata dunia.
Maka mulai dari sekarang kita harus memikirkan apa cara penanggulangan nya, karena hingga saat ini angka kematian karna penyalahgunaan narkoba, bukannya berkurang tapi bertambah setiap tahunnya, oleh karena itu perang orang tua tua begitu penting untuk meminimalisir penggunaan narkoba, selain orang tua, mereka juga harus mendapat arahan dari guru, tokoh agama, untuk memberikan himbauan kepada seluruh lapisan masyarakat, agar tidak terlibat narkoba,yang dapat merusak masa depan anak bangsa.
Bahaya narkoba bagi tubuh kita
Penelitian klinis terhadap penderita narkoba memperlihatkan bahwa manifestasi klinis penderita narkotik terutama yang memakai dengan cara menghirup dan menyuntik narkotik adalah demam pada sekitar 75% sampai dengan 100% kasus, yang disertai letih lesu pada 30% kasus. Didapatkan berat badan penderita narkoba menurun pada sekitar 10 – 15% kasus. Sesak nafas terjadi pada sekitar 10% kasus yang diteliti.
Pemeriksaan jasmani penderita narkotik mendapati adanya radang paru yang disertai pembesaran limpa, penyakit jantung, kerusakan hati atau kerusakan ginjal, Pada suatu tahap, penderita datang dalam keadaan syok akibat over dosis atau kerusakan organ tubuh yang disebutkan diatas.. Gejala gejala tersebut sangat mirip dengan radang paru (Broncho Pneumonia), TBC, Gagal jantung, Demam Rheumatik atau tersebarnya kuman dalam darah. Tahap akhir bagi pengguna narkoba yang memakai narkoba suntik adalah terpapar penyakit HIV/AIDS Kita harus wajib mewaspadai bila pasien datang dua kali berobat dengan gejala yang hampir sama disertai tanda tanda pemakaian narkoba.
Pengobatan radang paru penderita narkotik harus disertai disertai pengobatan terhadap ketergantungan narkotiknya. Tidak terdapat kesulitan yang berarti dalam mengobati kelainan pari yang dideritanya. Guna mengobati ketergantungan narkotiknya, saya segera menghubungi isteri dan orang tuanya dan berkomunikasi guna merujukkan penderita tersebut pada salah satu tempat pengobatan narkotik di Jakarta.
Dari penelitian, beberapa faktor individu seperti rasa ingin tahu dan ingin mencoba, tak dapat bertindak tegas terhadap tawaran teman , rasa kurang percaya diri, persepsi yang tidak realistis serta berbagai sebab lain menyebabkan seseorang dapat memakai narkotik. Selain itu faktor lingkungan seperti mudahnya didapatkan zat adiksi selama 5 tahun terakhir ini, komunikasi orangtua –isteri – anak yg tidak efektif dan tak harmonis, tekanan teman sebaya /sekelompok dan berbagai faktor lingkungan lainnya, membuat ia mencoba memakai narkotik. Oleh karena itu semua orang tua patut waspada kalau terjadi perubahan sikap pada anaknya atau sering timbulnya penyakit pada anaknya.
Kasus –kasus seperti Toni ternyata terus bertambah di Indonesia setiap hari, walaupun masyarakat terus menggalakkan penangkalan NAPZA dan telah ada Undang – Undang Psikotropika dan Narkotika untuk menghadapinya sehingga kondisi sekarang patut disebut bencana nasional. Kondisi ekonomi Indonesia yang sulit serta mudahnya mendapatkan uang haram melalui perdagangan tersebut telah membutakan sebagian anggauta kelompok masyarakat dan segelintir oknum petugas/pejabat sehingga mereka tak perduli terhadap rusaknya mental masyarakat Indonesia. Para pakar memperkirakan bahwa pemakai candu di Indonesia sebenarnya 100 kali lebih banyak dari penderita yang terdeteksi datang di tempat pelayanan/rumah sakit/ tertangkap oleh polisi. Semoga kita semua menyadari bahaya pemakaian narkoba bagi masyarakat kita.
Bebaskan Diri dari Dampak Narkoba
MASALAH narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) memang bukan monopoli sebuah negara saja. Hampir di setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang, memiliki masalah tersebut. Berbagai macam cara dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara untuk “menumpas” napza dari buminya, namun tidak ada satu pun negara yang tercatat telah berhasil mengalahkan musuh besar tersebut.
Australia, sebagai negara maju yang letaknya tidak terlalu jauh dari daerah The Golden Triangle tidak luput dari masalah tersebut. Bahkan Australia pun menghadapi masalah ketergantungan pada tembakau dan alkohol. Dampak yang ditimbulkan, sangat luar biasa dan membuat Pemerintah Australia tercengang.
Berdasarkan perhitungan terakhir diperkirakan pada tahun 1998, kurang lebih 22.500 orang akan meninggal sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari pemakaian napza berbahaya. Sekitar 17.500 orang Australia dirawat di rumah sakit karena keadaan yang diakibatkan oleh pemakaian tembakau, alkohol, dan jenis narkoba lain (Biro Intelijen Australia, 1999).
Dalam akhir tahun 1990-an hampir dapat dipastikan bahwa satu dari lima kematian di Australia berhubungan dengan pemakaian narkoba (Dewan Menteri mengenai Strategi Narkoba, 1998).
Pada tahun 1960-an di Australia mulai terjadi perubahan dalam hal pola pemakaian narkoba, yakni banyaknya narkotika ilegal beredar dan meningkatnya jumlah kaum muda yang mengkonsumsi narkoba. Pada masa itulah pemakaian narkoba mulai identik dengan kaum muda.
Kenyataan tersebut sangat mengejutkan masyarakat Australia, dan pada awal tahun 1970-an mereka mulai mengakui, mereka memiliki masalah narkoba. Apalagi kenyataan menunjukkan, meningkatnya jumlah pemakaian narkoba secara ilegal menjadi penyebab meningkatnya perkara kriminal, serta menurunnya standar kesehatan.
Bertambahnya perhatian dan kesadaran masyarakat mengenai permasalahan itu, mendesak Pemerintah Australia untuk melindungi masyarakat dan menanggulangi masalah narkoba. Biaya untuk usaha penegakan hukum dinaikkan jumlahnya, dan hukuman yang lebih berat untuk pemasok serta pemakai mulai diberlakukan.
Memang usaha pencegahan sebelumnya cenderung difokuskan pada pemberian peringatan kepada masyarakat mengenai bahaya pemakaian narkoba. Taktik kejutan dan ketakutan digunakan di media massa Australia, untuk membuat kaum muda memiliki rasa takut pada narkoba. Namun kampanye itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan.
Kaum muda terus bereksperimen dengan narkoba dan statistik pemakaian narkoba terus menanjak. Kampanye pencegahan antinarkoba dan program pendidikan sekolah tidak berhasil mengubah perilaku pemakaian narkoba pada kaum muda, dan mencegah persoalan mereka yang berhubungan dengan narkoba.
MESKIPUN telah ada kebijakan pencegahan, mekanisme pemasok pasar dan permintaan narkoba ilegal tetap bertambah, khususnya di antara kaum muda. Kriminalitas meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pemakai narkoba dan ketersediaan narkoba ilegal. Tindakan pelarangan selama satu dekade yang diarahkan pada usaha memusnahkan narkoba, meningkatnya harga narkoba, dan pencegahan pemakaian narkoba yang lebih jauh, ternyata tidak membawa hasil di Australia. Dengan bertam-bahnya jumlah kaum muda yang menjadi korban pemakaian narkoba, masyarakat dan pemerintah semakin menyadari akan perlunya pendekatan kebijakan yang lebih terpadu untuk menanggulangi masalah narkoba.
Walaupun usaha pencegahan pemakaian narkoba melalui pendidikan di sekolah-sekolah di Australia telah dimulai pada tahun 1970-an, baru pada pertengahan tahun 1980-an lah usaha pencegahan dimulai dengan benar. Sejak tersedianya dana Commonwealth untuk strategi pencegahan dasar dan pendidikan mengenai narkoba, program di sekolah-sekolah bertambah baik mutunya dan Australia telah memulai kampanye pencegahan anti-narkoba yang sangat baik.
Pada tahun 1985, Australia secara radikal mengubah arah kebijakan tentang narkoba, menjadi kebijakan bersama memperkecil bahaya. Usaha memperkecil bahaya memerlukan aparat kesehatan, pendidikan, pengadilan, dan penegak hukum untuk bekerja sama di tingkat nasional dan tingkat negara bagian.
Tujuan utama dari partnership itu untuk memperkecil akibat buruk dari pemakaian narkoba di tengah masyarakat Australia. Usaha memperkecil bahaya adalah perpaduan antara pengurangan pasokan (penegakan hukum) dan pengurangan permintaan (pendidikan), untuk mengurangi akibat pemakaian narkoba terhadap kesehatan, sosial, dan ekonomi kepada si pemakai dan masyarakat.
Sejak pertengahan tahun 1980-an, Kampanye Nasional Melawan Penyalahgunaan Narkoba terlibat dalam usaha nasional untuk memperkecil akibat berbahaya dari pamakaian narkoba di Australia. Kampanye itu terlibat dalam pengembangan dan pelaksanaan beragam strategi untuk mengurangi keinginan, permintaan dan kebutuhan akan narkoba.
Dengan bantuan Drug Offensive, Commonwealth, bekerja-sama dengan pemerintah negara bagian/teritori, organisasi masyarakat, lembaga narkoba dan alkohol, dan aparat pendi-dikan bersama-sama mengembangkan kampanye bagi masyarakat, program kesehatan masyarakat dan pendidikan di sekolah.
SEJAK kampanye ini, secara resmi Australia memakai tiga pendekatan untuk menanggulangi masalah pemakaian narkoba. Pertama pengurangan pasokan (supply reduction), pengurangan permintaan (demand reduction), dan pengurangan bahaya (harm reduction). Program pertama dan kedua telah dilakukan bertahun-tahun, namun tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Akhirnya Australia memutuskan untuk juga melakukan program ketiga, yakni pengurangan bahaya, dan hasilnya sangat memuaskan.
Untuk pengurangan pasokan, Australia semakin memperketat pembatasan akses untuk mendapatkan narkoba. Misalnya untuk mendapatkan narkoba legal, diterapkan batasan umur, pembatasan tempat pemakaian, dan pembatasan tempat pembelian. Sementara untuk narkoba ilegal, Australia juga melakukan pembinasaan produksi narkoba, menyeret petani yang menanam narkoba ke pengadilan, dan melakukan program subsitusi tanaman.
Subsitusi tanaman ini merupakan kampanye agar petani mau mengganti tanaman narkobanya dengan jenis tanaman lain seperti kopi dan coklat. Program ini kurang diminati petani karena uang yang dida-
pat dari tumbuhan narkoba jauh lebih besar dari pada tumbuhan pengganti. Sementara itu program tersebut tetap diiringi dengan tindakan pencegahan dan represi yang dilakukan aparat hukum.
Di seluruh negara bagian dan teritori, Australia melakukan program pengurangan permintaan. Program ini dijalankan di jalur pendidikan, di pusat kesehatan masyarakat, dan tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba. Pada program pendidikan penanggulangan narkoba, Australia telah menyadari bahwa cara menakut-nakuti tidak efektif bagi para pengguna. Informasi yang disebarkan dalam berbagai bentuk tentang bahaya narkoba juga kurang efektif. Sedangkan pendekatan dengan teman sebaya, dirasa-kan tidak menyelesaikan masalah.
Program pengurangan bahaya bertujuan untuk membatasi atau mengurangi bahaya akibat pemakaian narkoba. Ba-haya-bahaya yang timbul antara lain masalah kesehatan, biaya sosial, dan biaya ekonomi. Program pengurangan bahaya secara prinsip merupakan tujuan pragmatis jangka pendek. Program ini akan melibatkan para pemakai narkoba dengan menjalankan hirarki risiko.
Hirarki risiko maksudnya, pertama mengajak pemakai narkoba untuk tidak menggunakan narkoba lagi. Kedua, bila mereka tidak bisa, sehingga terpaksa menggunakan narkoba, jangan menggunakan narkoba suntik. Ketiga, jika terpaksa menggunakan jarum suntik, selalu menggunakan jarum suntik baru yang steril dan tidak ber-bagi jarum suntik maupun peralatan menyuntik lainnya.
Keempat, jika tidak ada ja-rum suntik baru yang steril atau harus berbagi jarum suntik, selalu menyucihamakan jarum suntik tersebut sebelum setiap pemakaian.
Ada beberapa strategi pengurangan bahaya yang dilakukan Australia. Antara lain menyediakan program pertukaran jarum suntik, menyediakan berbagai macam jenis perawatan, penjangkauan (outreach) farmakoterapi, dan program untuk mencapai pemutusan pemakaian narkoba.
Hasil yang dicapai dari ‘perkawinan’ tiga upaya pengurangan ini ternyata sangat menakjubkan. Di kota-kota yang menjalankan program pertukaran jarum suntik menunjukkan angka HIV menurun sebesar 5,8 persen per tahun. Sedangkan kota-kota yang tidak melakukan program pertukaran jarum suntik menunjukkan adanya peningkatan HIV sebesar 5,9 persen per tahun.
Di Sydney yang pada akhir tahun 1980-an memiliki angka HIV di antara pengguna narkoba dengan jarum suntik (Injecting Drug User/IDU) sebesar 3-5 persen. Setelah melakukan program pertukaran jarum suntik, program metadon, dan penjangkauan pada tahun 1987-1988, angka HIV di antara IDU kurang dari 4 persen. Sedangkan pada tahun 1996 angka itu semakin turun menjadi kurang dari 3 persen.
Evaluasi terhadap program pertukaran jarum suntik ini menunjukkan, program ini mampu menyelamatkan sekitar 3.000 nyawa pada tahun 1991 saja. Hanya diperlukan biaya 400 dollar Australia untuk setiap nyawa yang diselamatkan. Namun biaya ini tidak seberapa dibandingkan biaya yang dapat dihemat sebesar 300 juta dollar Australia per tahun untuk penanggulangan HIV.
Dari evaluasi ini juga menunjukkan, program pertukaran jarum suntik tidak menyebabkan terjadinya peningkatan pada jumlah IDU dan pemakaian narkoba.
sumber : http://edobmtkeras22.blogspot.co.id/